Minggu, 27 November 2016

TEORI PILIHAN RASIONAL DAN TEORI KELEMBAGAAN



TEORI PILIHAN RASIONAL DAN TEORI KELEMBAGAAN
            Tumbuhnya dominasi teori pilihan rasional dalam ilmu politik adalah pertimbangan utama  yang memotivasi March dan Olsen untuk mendukung versi normatif mereka dalam kelembagaan baru. Menyatakan bahwa teori pilihan rasional tergantung pada kekuatan analitis kekuatan terhadap penggunaan pemaksimalan keputusan individual, akan nampak bahwa usaha untuk menghubungkan teori tersebut pada kelembagaan dan hambatan pengaruh dari lembaga akan  menjadi berlawanan dan tidak sesuai. Disamping basis individualistis mendukung   pendekatan analitis, ahli kelembagaan pilihan rasional telah benar – benar memahami bahwa sebagian besar kehidupan politik terjadi dalam lembaga (Lihat Tsebelis, 1990), dan mampu memberikan penjelasan komprehensif dari  teori politik mereka harus arahkan dalam sifat dan peran dari lembaga politik.
RASIONALISASI  KELEMBAGAAN
            Kontradiksi yang ada dalam kelembagaan pilihan rasional diselesaikan dalam praktek, jika bukan alasan  lain dimana individual menyadari bahwa aturan kelembagaan juga membatasi para pesaing mereka dalam permainan apapun dalam memaksimalkan para pesaing yang  percaya untuk dilibatkan (Weingast, 1996).
            Kapasitas untuk menghasilkan rasionalitas kolektif dari tindakan pilihan rasional yang mungkin tanpa adanya aturan kelembagaan, menghasilkan ketidakrasionalan kolektif adalah ciri utama dari pandangan pilihan rasional dalam lembaga.
            Dalam pendekatan rasionalisasi kelembagaan, kelembagaan dikonseptualisasikan sebagian besar sebagai kumpulan dari masukan positif dan motivasi aturan negatif untuk individual, dengan maksimalisasi kemampuan individual memberikan dinamika untuk perilaku dalam model ini. 
KERAGAMAN PILIHAN RASIONAL KELEMBAGAAN
A.    Sekumpulan asumsi umum. Variasi berbeda dari versi pilihan rasional kelembagaan semuanya berasumsi bahwa individual adalah aktor utama dalam proses politik dan bahwa individual tersebut bertindak rasional untuk memaksimalkan kegunaan personal. Dalam istilah  yang digunakan oleh Scott (1995a), sebagian besar analisis pilihan rasional  cenderung menjadi regulatif daripada normatif atau kognitif. .
B.       Sekumpulan Masalah Umum.  Pendekatan pilihan rasional semuanya mempertimbangkan cara – cara menghambat variabilitas dari perilaku manusia dan dalam menyelesaikan masalah klasik yang muncul dalam bentuk politik dan lainnya dari pengambilan keputusan kolektif (Bates, 1988). Masalah lainnya   adalah pandangan pilihan rasional dalam lembaga adalah koordinasi dan kendali dari birokrasi publik. Tugas utama dari desain kelembagaan karena itu menjadi untuk mengembangkan konfigurasi lembaga yang akan menjamin pemenuhan dari para anggotanya dengan keinginan dari atasan mereka (Horn, 1995).
C.     Tabula Rasa. Pilihan pandangan rasional berasumsi bahwa lembaga dibentuk pada tabula rasa. Hasil dari proses desain ditentukan oleh sifat dari insentif dan hambatan yang sedang dibangun dalam lembaga. Asumsi yang menyatakan bahwa sejarah masa lalu dari lembaga atau organisasi adalah sedikit pertimbangan dan kumpulan baru dari insentif bisa menghasilkan perubahan perilaku lebih mudah.
LEMBAGA  SEBAGAI ATURAN
Versi  dari  pendekatan pilihan rasional mengkonseptualisasikan  lembaga sebagai kumpulan dari aturan dengan para anggota dari organisasi atau  lembaga – menyepakati aturan tersebut dalam pertukaran manfaat  sebagaimana mereka mampu memperoleh keanggotaan mereka dalam struktur tersebut.
ATURAN  KEPUTUSAN
Pandangan alternatif dari peran  teori pilihan rasional dalam analisis kelembagaan  juga tergantung pada aturan, tetapi aturan ini dikonseptualisasikan sebagai pemenuhan secara signifikan, tujuan berbeda. James Buchanan dan Gordon Tullock, ne Calculus  of Consent (1962). Dua ilmuwan ini memberikan  interpretasi pilihan publik dan memberikan dasar, dari   lembaga politik. Mereka mempertimbangkan penulisan konstitusi sebagai pertanyaan dari desain kelembagaan (lihat juga Sartori, 1997) dan sebagai proses yang akan dilakukan dengan baik jika para pembentuk mempertimbangkan aturan keputusan apa yang ada dalam dokumen mereka pada pilihan dari kumpulan keputusan mereka.
INDIVIDUAL DALAM ORGANISASI
Pandangan dari aktor rasional  yang berusaha untuk menggunakan kelembagaan untuk memenuhi tujuan individualnya. Sebagai contoh, William Niskanen (1971, 1994) telah menyatakan bahwa para pemimpin dari organisasi birokratis dalam pemerintahan menggunakan posisi mereka untuk memaksimalkan kegunaan personal, biasanya  melalui instrumen seperti anggaran yang lebih besar dan alokasi lebih besar dari personel.
MODEL AGEN UTAMA
Interaksi diantara lembaga  dan antara individual dan lembaga, bisa dipertimbangkan dari pandangan model agen utama.  Pandangan ini bisa diaplikasikan dalam organisasi sebagaimana melayani sebagai cara memahami interaksi diantara grup lembaga dalam sektor publik. Sebagai contoh, dalam organisasi publik pemimpin dari organisasi tersebut (apakah perdana menteri  atau administratur) bisa bekerja sebagai agen  untuk para pegawainya. 
PERMAINAN TEORITIS VERSI LEMBAGA
Masalah dari pemenuhan bisa juga dikonseptualisasikan  sebagai sekumpulan permainan diperankan antara aktor (biasanya para legislatur) berusaha untuk memastikan  pemenuhan pekerjaan dari aktor lainnya (biasanya birokrat), sedangkan aktor  birokrat tersebut secara umum mencari kebebasan lebih besar untuk tindakan.
Konsepsi teoritis permainan dari teori  kelembagaan  ada kesamaan dengan model agen utama. Keduanya dipusatkan pada pemecahan masalah, berasumsi bahwa para  legislatur berusaha mengenali cara untuk mencegah penyimpangan dari para birokrat. Perbedaan  antara dua versi dari  pilihan rasional kelembagaan nampak pada bagaimana proses pemenuhan dikonseptualisasikan. Pada teori versi permainan, masalah lebih bilateral dengan dua aktor yang berusaha untuk mengkomitmenkan pada pemenuhan lainnya dengan istilah dari penawaran  yang sama-sama dipahami.
PERTANYAAN TENTANG TEORI KELEMBAGAN
Apa  yang dimaksud kelembagaan?
                (Kiser dan Ostrom, 1982, p 1.79). bahwa lembaga adalah: aturan digunakan oleh individual untuk menentukan siapa dan apa yang dimasukan dalam situasi keputusan, bagaimana informasi disusun, tindakan apa yang bisa dilakukan dan  dalam susunan apa dan bagaimana  tindakan individual akan menjadi dikumpulkan kedalam tindakan kolektif ……semuanya eksis dalam bahasa bersama oleh sebagian komunitas individual daripada bagian fisik dari sebagian lingkungan eksternal.
Formasi Kelembagaan.
            Setelah kita mengetahui apa yang dimaksud lembaga, kita kemudian  harus menanyakan bagaimana  lembaga bisa terbentuk. Lembaga tidak terbentuk secara otomatis karena mereka diperlukan, tetapi harus diciptakan (lihat Sugden, 1986).
Logika dari pembentukan kelembagaan dan struktur aturan yang dipilih adalah untuk menyesuaikan dan membentuk situasi keputusan tertentu. Sebagai contoh, bagaimana bisa sistem aturan didesain dengan tujuan untuk memaksimalkan kendali efektif organisasi  legislatif terhadap birokrasi dan bagaimana bisa dibuat untuk menolak masa jabatan dari periode legislatif tertentu. 
Perubahan  Kelembagaan
            Ada pernyataan lain dari perbedaan analitis fundamental antara teori variansi dan proses (kelembagaan) teori dari lembaga (Mohr, 1982). Perubahan kelembagaan adalah secara eksogen (dari faktor eksternal atau luar) pada model dimana tujuannya adalah untuk menjelaskan hasil dan karena itu secara umum diabaikan, kecuali masalah modeling yang baru yang telah terjadi. Perubahan terjadi ketika lembaga yang ada  telah gagal untuk memenuhi kebutuhan  pembentukannya. Definisi dari kegagalan adalah  tidak berharga tetapi mungkin berhubungan dengan definisi dari “lembaga yang baik.  Apa yang paling penting  adalah perubahan proses didasari, bahkan jika melibatkan tanpa keahlian dengan lembaga yang ada, daripada proses berkelanjutan diasumsikan dalam sebagian teori lain dalam lelembagaan.
            Reaksi individual dan kelembagaan
            Bagaimana individual dan lembaga berinteraksi? Interaksi adalah bidireksional.  Di satu sisi, lembaga dinyatakan membentuk perilaku dari individual, tujuan utama dari eksistensi atas pendekatan ini nampak untuk didemonstrasikan: bagaimana struktur diluar individual membentuk  perilaku   individual dalam lembaga.  Di sisi lain, individual juga diasumsikan membentuk perilaku dari lembaga dan dengan definisi individual  harus menjadi kasus dari aktivitas kelembagaan.
            Satu lagi dari argumen umum tentang individual dan lembaga dalam teori kelembagaan adalah tujuan dari struktur adalah   untuk membentuk pilihan individual. Pembentukan ini bisa diselesaikan melalui aturan, melalui  pembuatan kontrak atau melalui pembentukan bayaran ditawarkan dalam analitis (atau permainan (yang memungkinkan dilakukan).  Grafstein 1992 dari hubungan ini adalah  manusia mendesain dan menciptakan lembaga, tetapi kemudian mereka dibatasi oleh lembaga.  
Desain Kelembagaan
             Satu dimensi penting dari formasi kelembagaan dalam pilihan rasional adalah desain disadari dari lembaga. Tujuan utama dari memahami lembaga dalam pendekatan ini adalah mampu memanipulasi hasil dalam susunan desain.
Pendekatan pilihan rasional pada lembaga ini  atau pendekatan  ekonomi lebih umum juga mengingatkan  kita bahwa menciptakan lembaga adalah bukan aktivitas yang tanpa biaya.  Kreasi dari lembaga memerlukan investasi waktu dan bakat dan bisa memerlukan  sumber lain yang lebih nyata jika usaha desain diharapkan berhasil (lihat Hetcher, 1990).
Lembaga yang Baik.
            Lembaga yang baik adalah lembaga yang bisa menyelesaikan tugas dengan baik dan efisien, biasanya dengan mempertahankan komitmen pada norma yang berpengaruh lainnya seperti demokrasi. Memberikan hubungan antara diagnosis dan resep kegagalan dalam struktur lain, tidak mengejutkan bahwa lembaga yang baik  bisa mempunyai arti berbeda, untuk versi berbeda dari analisis pilihan rasional. (Self, 1995) dalam konteks kelembagaan, efisien mengarah pada kapasitas dari organisasi politik untuk memetakan sekumpulan pilihan diungkapkan oleh publik kedalam keputusan kebijakan dalam cara yang menghasilkan keputusan   yang tidak dapat diterima.   Dalam  lembaga politik efisien akan menghasilkan keputusan yang tidak mengancam seluruh legitimasi dari sistem politik.
Karakterisasi  sederhana dari  teori pilihan rasional tidak akan melihat tempat manapun untuk lembaga dalam pendekatan. Bahkan kritik pandangan dari pendekatan.   Bahkan kritik cerdas dari pendekatan, seperti March dan Olsen, bagaimanapun mengenali bahwa ada tempat baik struktur formal dan informal sebagaimana cara menyalurkan tindakan rasional individual. Lebih lanjut, bahkan kritik terkasar  harus mengakui bahwa campuran dari pandangan  pilihan rasional dan   tampilan lembaga umum tentang kehidupan politik bisa mensuplai sejumlah wawasan penting kedalam politik. Secara khusus, lebih dari pandangan lainnya dalam kelembagaan pendekatan ini cenderung untuk memberikan koneksi analitis jelas antara individual dan lembaga mereka melalui kapasitas lembaga untuk membentuk pilihan individual  dan untuk memanipulasi insentif yang ada bagi para anggota dari organisasi.
Pendekatan tersebut, bukan tanpa masalah. Yang paling mengintimidasi dari ini adalah kesulitan dalam merubah prediksi yang berasal dari mode penyelidikan. Sangat sulit untuk menemukan situasi lain dimana individual bisa dikatakan tidak bertindak rasional dalam konteks dari sebagian kemungkinan insentif atau lainnya. Disamping formalisasi yang nampak, prediksi analisis pilihan rasional adalah jarang sangat spesifik dimana mereka menjadi subjek pada tes-tes jelas. Lebih lanjut, sebagian sarjana bekerja dalam teknik ini nampak lebih tertarik dalam analisis logis daripada dalam aplikasi hasil dari analisis tersebut bahwa ada sedikit konfrontasi langsung dari teori dan buktinya.
Selain dari analisis masalah dasar, ada beberapa isu lain yang membatasi kegunaan dari pendekatan rasional. Salah satu isu tersebut adalah ada kadang – kadang hubungan kecil antara  lembaga digambarkan dalam teori dan lembaga  dimana para anggota dari struktur tersebut familiar. Kebutuhan untuk menciptakan abstraksi dan penyederhanaan dengan tujuan untuk memfasilitasi  konstruksi dari model meniadakan banyak rincian yang menetapkan  kehidupan dalam lembaga. Selain itu, model sebagian tidak mampu menghasilkan tipe prediksi dari hasil kebijakan yang akan diperlukan jika model ini lebih daripada representasi menarik dari realita kompleks yang berarti untuk digambarkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar