Kamis, 27 Oktober 2016

MAKALAH BIROKRASI DAN OTONOMI DAERAH (Analisis sisi positif penerapan prinsip Birokrasi yang ideal “Max Webber” Di Indonesia)

BAB 1
PENDAHULUAN


1.1       BIROKRASI MENURUT MAX WEBBER
Bagi Weber, istilah “birokrasi” tidak dapat dipisahkan dengan istilah “rasionalitas” karena menggunakan pemikiran rasional dalam mengembangkan organisasi. Sehingga, gagasan Weber ini sering kali disebut dengan istilah “birokrasi rasional”. Namun, faktor apa yang harus dimiliki untuk mewujudkan birokrasi rasional? Sebagaimana diungkapkan Weber, organisasi merupakan birokrasi, dan birokrasi tidak akan terwujud tanpa adanya tiga hal yang merupakan karakteristik birokrasi. Tiga faktor atau karakteristik yang harus dimiliki organisasi untuk mewujudkan birokrasi rasional, yaitu:
1.      Otoritas atau Kewenangan (Authority);
Otoritas atau kewenangan biasanya muncul bersama-sama dengan kekuasaan, tetapi pada organisasi, otoritas haruslah sah atau legitimate, yang berarti pemegang otoritas telah diberikan izin secara formal (authorized formally) oleh organisasi. Efektivitas organisasi bergantung pada seberapa besar manajemen menerima “kekuasaan sah” (legitimate power) dari organisasi. Jika Anda adalah seorang karyawan, maka Anda akan mengikuti apa yang diperintahkan atasan Anda karena organisasi (perusahaan di mana Anda bekerja) memberikan kewenangan yang sah kepada atasan untuk memberikan perintah. Menurut Weber, cara terbaik untuk mengelola kewenangan legal rasional adalah melalui hierarki (hierarchy), dengan kata lain atasan memiliki atasan lagi. Dan atasan dengan kedudukan lebih tinggi memiliki atasan yang lebih tinggi lagi kedudukannya, begitu seterusnya. Hierarki ini secara hati-hati dan cermat diatur melalui aturan-aturan dalam organisasi. Setiap lapisan manajemen memiliki kewenangan sah mereka masing-masing, dan hanya pimpinan tertinggi organisasi yang memiliki kewenangan puncak dan menyeluruh.

2.      Spesialisasi (spesialization);
Prinsip organisasi kedua adalah spesialisasi, yang berarti sejumlah individu dibagi menurut pembagian pekerjaan, dan mereka mengetahui pekerjaan mereka masing-masing dalam organisasi. Peningkatan atau perluasan posisi atau jabatan dan uraian pekerjaan (job description) seorang karyawan adalah contoh bagus dari spesialisasi. Pada organisasi yang sangat besar, pembagian pekerjaan sering kali bersifat sangat luas, terdapat puluhan atau ratusan macam pekerjaan, sehingga karyawan sering kali hanya sedikit tahu atau bahkan ada juga yang tidak tahu apa kontribusi pekerjaan yang dilakukannya terhadap tujuan organisasi atau perusahaan. Weber menyatakan bahwa spesialisasi adalah hal penting bagi birokrasi yang rasional dan garis batas yang jelas dan tegas yang memisahkan satu fungsi bagian dengan bagian lainnya dalam organisasi harus dinyatakan dengan aturan dan prosedur yang jelas.
3.      Peraturan (regulasi).
Aspek ketiga dari birokrasi adalah kebutuhan terhadap peraturan. Apa yang membuat koordinasi organisasi dimungkinkan adalah karena adanya pelaksanaan dari seperangkat aturan bersama yang mengatur perilaku setiap orang. Menurut Weber, aturan organisasi haruslah rasional yang berarti bahwa aturan dirancang untuk mencapai tujuan organisasi, dan supaya organisasi dapat mengikuti segala hal yang terjadi maka setiap kegiatan operasional organisasi perlu dicatat, dan catatan perlu dipelihara secara hati-hati dan cermat agar aturan dapat dievaluasi. Hanya melalui berbagai aturan maka berbagai kegiatan para manajer dan bawahannya yang berjumlah puluhan, ratusan atau bahkan ribuan orang yang berada pada berbagai tingkatan dalam organisasi dapat diperkirakan dan dikoordinasikan. Jika kita tidak dapat memperkirakan apa yang akan dilakukan orang lain maka kita tidak akan dapat mengandalkan mereka.





BAB 2
PEMBAHASAN


2.1       KONDISI BIROKRASI INDONESIA SAAT INI
Melihat kondisi birokrasi Indonesia saat ini maka kami memandang bahwa kondisi birokrasi Indonesia adalah termasuk pengertian Bureaucracy as Organizational Ineficiency. Dimana terdapat empat penyebab utama yang menjadi penghambat rendahnya kualitas birokrasi di Indonesia, yaitu peraturan perundangan, organisasi, Sumber Daya Manusia (SDM), dan manajemen pemerintahan. Beberapa peraturan perundang-undangan masih terdapat tumpang tindih, dan ketidakjelasan di bidang aparatur negara. Di samping itu, banyak peraturan perudangan yang belum disesuaikan dengan dinamika perubahan penyelenggaraan pemerintah dan tuntutan masyarakat. "Masih terdapat peraturan daerah yang tidak sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan di tingkat pusat.
Manajemen pemerintahan juga masih berorientasi input, sedangkan hasil dari kinerja tersebut belum diperhatikan secara matang. Hal ini terlihat dari akuntabilitas kinerja pemerintahan yang masih rendah. Kondisi ini menyebabkan terjadinya ketidakefektifan kerja tersebut. Untuk membentuk manajemen yang berkualitas, tentu didorong oleh SDM yang berkualitas juga. Manajemen SDM aparatur belum dilaksanakan secara optimal untuk meningkatkan profesionalisme, kinerja pegawai, dan organisasi. Hal ini disebabkan oleh proses perekrutan yang tidak sesuai, sehingga hasil yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan. Kondisi inilah yang menyebabkan kekecewaan masyarakat terhadap birokrasi yang ada saat ini.

2.2       IMPLEMENTASI BIROKRASI DI INDONESIA
Tidak mudah mengidentifikasi penampilan birokrasi pemerintah di Indonesia. Namun, perlu dikemukakan lagi, bahwa organisasi pada prinsipnya berintikan rasionalitas dengan criteria-kriteria umum seperti efektifitas, efesiensi, dan pelayanan yang sama kepada masyarakat. Berdasarkan analisa implementasi birokrasi di Indonesia saat ini. Birokrasi di Indonesia mengandung sisi positif dan ada juga sisi negatif.

2.1.1    Sisi Negatif Birokrasi di Indonesia
Dalam melihat birokrasi di Indonesia mentalitas birokrat yang dilumuri KKN rupanya masih melekat dimata publik setiap kali berhadapan dengan aparat birokrasi dan cara kerja mereka. Anggapan negatif ini menemukan aktualisasinya pada ketidak efektifan dan ketidakefisien mereka dalam melayani masyrakat. Sejak reformasi bergulir di lapangan politik, sampai saat ini belum tampak semangat memasuki wilayah birokrasi. Tiga hal yang dirasakan masyarakat setiap berhadapan dengan birokrasi:
-          Waktu relatif lama kerja aparat pemerintah lambat.
-          Prosedur yang berbelit-belit, khususnya mengenai perijinan untuk berusaha. Di Jakarta untuk mendapatkan dan menyelesaikan proyek seorang pengusaha harus melalui sekitar 50 meja.
-          Ongkos-ongkos atau biaya yang lebih mahal mesti dikeluarkan masyarakat setiap berurusan dengan aparatur pemerintah.
Birokrasi dimaknai sebagai prosedur yang berbelit belit, memakan waktu lama dan biaya yang cukup mahal, contohnya adalah dalam hal pembuatan KTP. Dibeberapa wilayah di Indonesia terdapat prosedur yang berbeda beda dalam hal pembuatan KTP. Ada yang dapat dengan mudah dan cepat tapi ada juga yang berbelit belit sehingga membutuhkan waktu yang lama serta biaya yang lebih mahal. Berdasarkan ilustrasi tersebut, dapat dikatakan bahwa penerapan birokrasi di Indonesia saat ini terkesan lambat dan pelayanannya kurang memuaskan bagi masyarakat.
Kemudian pendelegasian wewenang yang kabur. Dalam birokrasi Indonesia, nampaknya pendelegasian wewenang masih menjadi masalah. Meskipun struktur birokrasi pada pemerintah di Indonesian sudah hirarkis, dalam praktek perincian wewenang menurut jenjang sangat sulit dilaksanakan. Dalam kenyataannya, segala keputusan sangat bergantung pada pimpinan tertinggi dalam birokrasi. Sementara hubungan antar jenjang dalam birokrasi diwarnai oleh pola hubungan pribadi.
2.1.2    Sisi Positif Birokrasi di Indonesia
Namun dibalik itu semua, birokrasi di Indonesia juga memiliki sisi positif, diantaranya Sebagai upaya untuk mengatur dan mengendalikan perilaku masyarakat agar lebih tertib. ketertiban yang dimaksud adalah ketertiban dalam hal mengelola Berbagai sumber daya yang mendistribusikan sumber daya tersebut terhadap setiap anggota masyarakat secara berkeadilan. Contoh kasus dalam hal pembuatan KTP. Proses yang agak rumit di beberapa daerah dalam hal pembuatan KTP memaksa masyarakat untuk dapat lebih tertib dan teratur menjalani prosedur tersebut. Hal tersebut dapat mendidik masyarakat agar dapat hidup secara teratur dan terkendali.



















BAB III
PENUTUP


3.1       KESIMPULAN
Pada dasarnya masih banyak yang perlu diperbaiki pada birokrasi Indonesia, apalagi Indonesia adalah negara yang luas maka sangat diperlukan birokrasi pemerintah yang dapat memperhatikan masyarakatnya sendiri. Selain itu perlu adanya kepercayaan rakyat akan kinerja birokrasi bahwa para birokrat dapat memberikan yang terbaik bagi negara dimana rakyat menaruh kepercayaan kepada birokrasi untuk dapat memberikan kehidupan terbaik bagi rakyat-rakyatnya. Adanya suatu keyakinan bahwa negara mereka dipimpin oleh orang-orang terbaik dan bisa memberikan hal terbaik untuk masyarakat. Jadi disini Indonesia perlu menghilangkan stereotype negative tentang birokrasi Indonesia. Misalnya pandangan bahwa pejabat negara  hanya memikirkan kesejahteraannya. Padahal di sisi lain kita melihat kehidupan rakyat banyak masih terimpit berbagai kesulitan.
Kebutuhan yang nyata saat ini dalam praktek birokrasi adalah bagaimana memenuhi kebutuhan konkret dari masyarakat. Kebutuhan akan peningkatan kualitas kehidupan politik menjadi suatu tuntutan yang tak terhindarkan. Kondisi birokrasi Indonesia yang masih mencorak patrimonial, adalah merupakan benang sejarah yang perlu diperhatikan dengan seksama. Dalam perkembangan kearah modernisasi menuntut adanya peningkatan kualitas administrasi dan manajemen. Selain itu, dalam mengahadapi kondisi saat ini dan menjawab tantangan masa sekarang, birokrasi Indonesia diharapkan mempunyai kharakteristik yang mampu bersifat netral, berorientasi pada masyarakat, dan mengurangi budaya patrimonial dalam birokrasi tersebut.




DAFTAR PUSTAKA

ONE OF MY WAY. 2013. Birokrasi Rasional. Web:  https://oneofmyway.wordpress.com/2013/05/19/birokrasi-rasional/. Diakses pada: 29 Oktober 2015.
Facebook. 2010. PENGEMBANGAN ORGANISASI BIROKRASI PEMERINTAHAN (Birokrasi pemerintahan yang Responsive, Kompetitif, dan Adaptif. Web: www.facebook.com/notes/public-administration-community/pengembangan-organisasi-birokrasi-pemerintahan/471759913443/. Diakses pada: 29 Oktober 2015.
Birokrasi Pemerintahan. 2013. Birokrasi Pemerintahan. Web: marfelfrans.blogspot.com. Diakses pada: 29 Oktober 2015.
Institut Teknologi Bandung. 2014. Pentingnya Reformasi Birokrasi Demi Kualitas Bangsa Indonesia. Web: www.itb.ac.id/news/4421.xhtml. Diakses pada: 29 Oktober 2015.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar